Rabu, 10 Juni 2009

Sekitar Hari Itu

(penggal episode penghancuran sekretariat KAMDA malang oleh PDIP)

Pagi itu masih agak gelap, ditambah kabut dan dinginnya udara menusuk para manusia – manusia pagi. Telepon berdering sejak tadi, dari seberang samar–samar aku mendengar dan menangkap pembicaraan kawan seperjuangan menanyakan kejelasan aksi pagi ini.

Memang, kami telah merencanakan aksi begitu mendengar kabar akan kedatangan ibu presiden pagi ini di kampusku. Sambil selalu mengorek informasi dan menganalisis langkah, malam ke malam menjadi waktu yang panjang dan menegangkan bagi kami semua dan organisasi ini. Qiyamullail jama’i menjadi pusaran energi tersendiri untuk memanjatkan dan munajat kepada –Nya seraya meminta ilham terbaik.

Ya Allah, berilah kami kekuatan dan percaya diri bahwa kami tidak meletakkan niat pada kebencian manusiawi belaka, yang akan menggerus pasir keikhlasan dan memelencengkan daripada tujuan, kami tidak mendasarkan untuk memutus persaudaraan sesama muslim, kami hanya menyambut seruan-Mu yang telah terucapkan melaui lisan Rasul-Mu yang mulia...
Inna ala afdholu jihaadi qoulul haq inda sulhtonin ja’ir...
Pada sekitar menjelang subuh, mas Ruli terbangun oleh deringan ponselnya, rupanya dari Jakarta jauhnya.
” assalamu’alaikum”
”pastikan langkah antum serius dan pasti, jangan maju – mundur, kita akan saling menguatkan..”.
”syukron, saksikan kami berjihad pagi ini, insyaAllah..”

”wassalamu’aaikum
Sekitar jam 07.00 tepat, kami sudah berada dalam lingkungan kampus. Satu, dua sampai lima orang yang hadir, tidak lebih. Tidak yang lain dan tidak ada para akhwat KAMMI. Mas Rully mulai mengontak wartawan. Aviv, Didik, Alwi dan yang lain coba melihat-lihat sekitar. Kaos itu masih aman di tas itu.
Dan iring –iringan yang ditunggu tidak kunjung datang. Mereka telah melewati Malang menuju ke pusara Soekarno di Blitar.
”sekarang waktunya, ambil kaosnya”. Komando dititahkan.
”gimana mas aksinya kok sedikit, jadikan ?”. wartawan mulai gerah.
”lihat mas.....”
”sekarang...”
”Allahu akbar !!!!”
kilatan blitz mulai bersaing-saingan hingga kain merah darah dan moncong putih perlahan mulai berganti abu teronggok di trotoar. Kamipun berpisah...

******


ASC dan Mbak Sum
Tempat penggorengan belum sempat kumatikan ketika raungan belasan motor dan sebuah pick up penuh manusia –manusia garang berteriak-teriak. Kami seisi rumah gemetaran dan tak berani keluar, hanya aku mencoba mengintip dari jendela kamar.
” iki a nggone (ini tempatnya)”
”iki nggone KAMMI (ini tempatnya KAMMI)..!!!!
”ayo obong (ayo dibakar)!!! bangsat !!!
Anak-anak perlahan bergerak ke dalam, Irul gelagapan naik ke lantai 2.
Astaghfirullah ada apa ini..
Sahut-sahutan manusia-manusia garang, anting, rokok, pentungan bahkan botol bensin. Wajah –wajah sangar mulai merangsek ke pagar rumah..
”heeeii, onok op iki hei (ada ap ini)”. Tiba-tiba terdengar suara wanita.
“duduk iki nggone, ngggone ndek kono lo (bukan ini tenpatnya, tenpatnya di sana lo)”. Sambil menunjuk ke arah atas kampung ini
”arek iki duduk arek KAMMI (ini bukan anak KAMMI), gak popo iki (ngga apa-apa ini)”. Suaranya lantang membuat gerombolan beringas itu mundur perlahan. Seorang yang kelihatannya komandannya mengarahkan manusia-manusia sangar itu untuk pergi.
”ayoo !!!” perintahnya terdengar garang
Dan gerobolan itu pergi, raungan motor berdesakan menuju tempat yang ditunjuk komandannya. Ada apa ini, Ya Allah ada apa ini. Kami semua berpandangan terpana seolah-oleh tak percaya. Semua linglung demi melihat kejadian barusan.
Mbak Sum, ya mbak Sum telah menjadikan gerombolan itu pergi mengurungkan niatnya untuk merusak rumah ini, kontrakan ASC tercinta. Terima kasih mbak…..

***

Tragedi Botol Madu
Belasan motor dan sebuah Pick up penuh orang bergerak ke tujuan. Dan beberap detik pecahlah suasana tenang kampung.....
Umpatan umpatan keji kelur diirngi dengan lemparan- lembaran benda keras, botol yang memecahkan kaca depan. Toko di samping kelabakan, berusaha keluar menyelamatkan diri malah bertemu gerombolan beringas itu. Ditendangnya penjaga dan pengunjung toko, botol-botol madu diambil dan dilempar sekenanya....
Darah mengucur sedetik kemudian tergoleklah dia...sementara samar-samar terlihat seorang tergeletak di kantor itu dengan darah mengucur di keningnya. Suasana kacau balau, pintu sudah hancur dijebol. Seisi toko dan kantor diobrak-abrik. Sejurus kemudian dikeluarkan korek api siap membakar..
”hei ojok rek (hei jangan), omah kene kenek kabeh engko (rumah sini kena semua nanti) !!, suara lantang bapak tua di belakang memperingatkan.

Seisi rumah telah hancur tidak bersisa, dengan senyum kemenagan manusia-manusia beringas itu pergi meninggalkan manusia terkapar di lantai. Seolah tidak dapat dibedakan antara merahnya rambut mereka dengan merahnya darah yang tercecer di lantai. Erangan kesakitan dari samping menyayat...seorang tidak sadarkan diri dan beberapa lain tergolek bersimbah.
Beberapa waktu kemudian masyarakat mulai berdatangan...

****

Mas Alwi mulai mengambil alih kendali karena mas Rully sudah ditangkap sebelumnya. Kami berkumpul di KOPMA. Menyusun strategi, langkah berikutnya dan penyikapan Publik. Aku yang saat itu masih junior ikut-ikutan nimbrung syuro.
” bagaimana ini bisa terjadi akhi !, bukannya ana tidak menguatkan, tetapi ana meminta penjelasan sehingga kita jelas di sini”.
”afwan akhi, tidak saatnya kita membicarakan itu, sekarang bagaimana kita mengatur langkah dan menyelamatkan KAMMI dan korban ikhwah, masalah itu bisa kita bahas setelah reda semua”.
”ok, maafkan saya, saya agak kaget dan shock aja karena tidak ada konsolidasi sebelumnya dan ini sangat-sangat mempertaruhkan organisasi kita, kredibilitas dan citra, lebih dari itu adalah kebenaran dari cara ini. Bukan maksud ana lain dari itu”
Kemudian forum berlanjut cepat membahas langkah-langkah selanjutnya. Pernyataan sikap disiapkan untuk mengkondisikan isu di publik. Protes keras menjadi inti dari pernyatan sikap tersebut atasa tindakan premanisme BMI. Besok harus segeaa dilansir untuk mengkondisikan publik agar memihak kebenaran kita. Berikutnya sebagain banyak konsentrasi adalah mengurus korban yang di RS Saiful Anwar.

Cerita berlanjut dengan koma-nya satu ikhwah
Meskipun pada akhirnya semua pulih kembali
Mas Ruli sendiri diselamatkan mati-matian dari kejaran orang-orang Peni
Ancaman pembunuhan sangat santer terhadap beliau
Akhirnya beliau berhasil dibawa keluar dari Kota Malang
Setelah barter rahasia antara Kodim dengan Kepanduan Jatim di Tol Gempo
Aktivitas KAMMI se Malang vakum hingga menjelang Musda akhir 2005.

0 komentar:

Posting Komentar