Sabtu, 06 Juni 2009

Menuju Jama'atul Muslimin

Prolog
Buku ini merupakan tesis yang diajukan untuk meraih gelar MA di Universitas Islam di Madinah Munawwarah. Membahas secara sistematis, sistem jamaah dalam gerakan Islam; dengan menelusuri proses terbentuknya Jama’atul Muslimin di masa Rasulullah saw. Beserta rambu-rambu dan tabiat jalan menuju kepadaNya. Kemudian memperbandingkan dengan jamaah-jamaah yang muncul dan berkembang pada masa sekarang (jamaah anshoru ’as sunnah al-muhammadiyah di Mesir, Hizbut-Tahrir di Yordania, Jama’ah Tabligh, dan Ikhwanul Muslimin).

Kandungan Buku
Terdiri atas tiga bagian utama. Bagian pertama, menjelaskan mengenai Haikal Jama’atul Muslimin (Struktur Organisasi Jama’atul Muslimin). Dalam bab ini menunjukkan betapa pentingnya wujud sebuah Jama’atul Muslimin. Pembahasan diawali dengan mengupas umat Islam, baik dari bahasa maupun geografis; Urgensi syura sebagai lambang tertinggi kebijaksanaan manifestasi political will umat Islam. Dalam bahasan ini yang terpenting adalah menjaga imamah-nya (kepemimpinan), bukan masalah siapa yang menjadi imam.

Menurut penulis terdapat empat tujuan khusus jama’atul Muslimin, yaitu:
1. Pembentukan pribadi-pribadi Muslim (binaa’al-fard al-muslim)
2. Pembentukan rumah tangga Muslim (binaa’al-usrah-al-Muslimah)
3. Pembentukan masyarakat Muslim (binaa’al-mujtama’al-Muslim)
4. Penyatuan umat Muslim (Tauhid al-ummah al-Islamiyah)

Adapun tujuan umum Jama’atul Muslimin, yaitu :
1. Agar seluruh manusia mengabdi kepada Rabb Nya yang Maha Esa
2. Agar senantiasa memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar
3. Agar menyampaikan dakwah Islam kepada segenap umat Manusia
4. Agar menghapuskan fitnah dari segenap muka bumi
5. Agar memerangi segenap umat Manusia sehingga mereka bersaksi dengan persaksian yang benar (Syahadatain)

Dalam Bagian kedua, ath-Thariq ila Jama’atul Muslimin (Jalan Menuju Jama’atul Muslimin). Diawali dengan bahasan mengenai al-ahkam al-Islamiyah (Hukum-hukum Islam). Ajaran Islam bersifat syamil-kamil-mutakamil (menyeluruh, sempurna, dan saling menyempurnakan). Sedangkan Muslim memiliki al-qudrah al-juz’iyyah al-mahdudah (kemampuan sektoral dan terbatas). Harus ada suatu upaya ‘amal jama’i agar kesempurnaan Islam dapat terealisasi dalam kehidupan kolektif kaum Muslimin. Sedangkan kehidupan amal jama’i tidak akan mungkin terwujudkan dengan sempurna kecuali setelah terbentuknya sebuah tatanan dakwah yang memadai.Bahasan selanjutnya, masih pada bagian kedua dengan menguraikan ‘Langkah Pertama Rasulullah saw dalam Membina Jamaah’.

Kemudian membahas Rambu-rambu dari sirah Nabi dalam Menegakkan Jama’ah yang berisi enam karakteristik pokok sebuah jamaah antara lain:
1. Nasyr mabaadi’ ad-da’wah (menyebarkan prinsip-prinsip dakwah)
2. At-takwin ‘alaa ad-da’wah (Pembentukan Dakwah)
3. Al-mujabahah al-Musallahah (konfrontasi bersenjata)
4. Al-sirriyah fi binaa’al-jama’ah (sirriyah dalam membina jama’ah)
5. Ash-shabru’ala al-adza (bersabar atas gangguan musuh)
6. Al-Ib’aad ‘an saahah al-ma’rakah (menghindari medan pertempuran)

Kemudian bagian kedua buku ini ditutup dengan membahas Tabi’at Jalan Menuju Jama’atul Muslim.

Di dalam bahasan bagian ketiga, penulis membahas bab berjudul al-jama’ah al-Islamiyah al-‘Amilah fii Haql ad-Da’wah al-Islamiyyah (beberapa Jamaah Islam di Medan Dakwah). Penulis mengawali pembahasan dengan kondisi ‘Amal Islami setelah Jatuhnya Khilafah Utsmaniyah
.
Penulis mengambil empat Jamaah sebagai sampel pembahasan. Masing-masing mewakili kecenderungan berbeda.

Pertama, Jamaah Anshor as-Sunnah al-Muhammadiyah, berdiri dan berkembang di Mesir. Mewakili gerakan dakwah yang berorientasi pada seruan sosial dan ilmu pengetahuan (ijtimaiyyah wa ats-tsaqofah). Sering pula di sebut jamaah Salafi. Ciri – ciri dari jama’ah ini adalah :
1. Da'wah Aqidah
2. Tradisi Keilmuan
3. Jihad
4. Militansi yang Tinggi
5. Bergaya Hidup Sederhana

Kedua, Jamaah Tabligh, lahir di India. Jamaah ini berorientasi pada seruan sufiyyah. Jama'ah Tabligh adalah sebuah Jama'ah Islamiyah yang dakwahnya berpijak kepada penyampaian (tabligh) tentang keutamaan-keutamaan ajaran Islam kepada setiap orang yang dapat dijangkau. Jama'ah ini menekankan kepada setiap pengikutnya agar meluangkan sebagian waktunya untuk menyampaikan dan menyebarkan da’wah dengan menjauhi bentuk-bentuk kepartaian dan masalah-masalah politik. Barangkali cara demikian lebih cocok mengingat kondisi ummat Islam di India, negeri ia didirikan, yang merupakan minoritas dalam sebuah masyarakat besar. Oleh pendiri jama'ah telah ditetapkan 6 prinsip yang menjadi azas dakwahnya, yaitu :
1. Kalimah agung (kalimah thayyibah), La ilaha illa Allah, Muhammadur rasulullah.
2. Menegakkan atau mendirikan shalat.
3. Ilmu dan dzikir.
4. Memuliakan setiap Muslim.
5. Ikhlas.
6. Berjuang di jalan Allah (fi sabilillah).

Ketiga, Jama’ah Hizb at-Tahrir yang lahir dan bermula di Yordania. Jamaah ini berorientasi pada seruan Politik (as-siyasi). Hizbut Tahrir didirikan oleh Syaikh Taqiyudin An Nabhani. Seorang alumnus Al Azhar yang pernah sangat dekat dengan Ikhwanul Muslimin. Bahkan sering diundang oleh Ikhwanul Muslimin dalam berbagai acara. Namun karena perbedaan pandangan, ia memilih mendirikan jamaah baru dan tidak bergabung dngan Ikhwanul Muslimin. Hizbut Tahrir memiliki tujuan penerapan kehidupan Islami yang dimulai di Arab, mengembangkannnya di negeri-negeri lain, merekonstruksi masyarakat berdasarkan asas-asas baru dan sesuai dengan dustur Hizbut Tahrir yang mencakup 182 pasal. Kelebihan dari Hizbut Tahrir adalah fokusnya pergerakan harakah ini pada hal-hal yang bersifat opini atau propaganda yang merupakan bagian dari manhaj HT.

Keempat, Jamaah al-Ikhwan al-Muslimin, didirikan di Mesir. Jamaah ini memiliki karakteristik Syamil (Menyeluruh). Tidak hanya aspek sosial dan ilmu pengetahuan semata, melainkan aspek sufiyyah dan aspek siasiyyah, bahkan juga meliputi aspek harakiyyah dan jihadiyyah (pergerakan dan Jihad).

0 komentar:

Posting Komentar